LAUTKU sayang, Rp 0,-

Bonus Rp 0,- Makassar: Samalona, The Tosca Beach

(doc by Erick Samuel)
(doc by Erick Samuel)
  • Sepintas Samalona
Pulau Samalona merupakan sebuah pulau kecil yang terdapat di Selat Makassar, bagian barat daya pantai barat Sulawesi Selatan.
Termasuk wilayah Kota Makassar yang berada di sebelah barat kecamatan Wajo, Makassar yang berjarak 2 km.
Samalona salah satu dari gugusan pulau di lepas pantai Makassar yang terkenal dengan nama Spermonde.
Bentuknya yang bundar dengan luas sekitar 2,34 hektar adalah salah satu destinasi favorit yang juga diminati oleh wisatawan lokal dan mancanegara.

Untuk menuju pulau ini bisa menggunakan perahu nelayan dan memerlukan waktu tempuh tidak lebih dari 30 menit. Bisa juga dengan speed boat. Jarak dari Kota Makassar ke Samalona yakni 6,8 km . Di pulau ini berdiri sebuah mercu suar yang digunakan sebagai tanda batas daratan bagi kapal-kapal berbadan besar.

Samalona adalah kepulauan yang bisa dilihat jelas dari Benteng Fort Rotterdam di daerah Keling – Makassar. Mandalika hanya berjarak 500 meter dari bibir tebing Benteng Fort Rotterdam.

***

Samalona Dream, Makassar, Indonesia

Makassar, Sept 21st, 2012

  • Pagi yang Ceria

Hwuaaaaaaaa……
Mataku terbelalak lebar melihat samalona di kejauhan. Euleuh-euleeeuuuh….. cantik pisan euy! Di kejauhan tampak warna biru, hijau, hijau tosca, hijau muda, lalu memudar..
Ahh, sungguh suatu gradasi cipataan Tuhan yang tiada tara. Aku sampe terlongong menatapnya.

tosca nya samalona

Semakin mendekat, rahangku seperti terkena lelehan caramel yang mengeras dan seperti tersengat panas matahari membuatnya tak mampu terkatup. Nganga edition! Aaaaakkk…. 😀

Tak ayal, Zela yang ada di dekatku berkata, “Ejieee…. Laleran!” wakakakaa… aku tertawa.

Takjub?? Waohoooo….. of course laaaa….. This island makes me feel in heaven. Watta wonderfull colours of the sea…

Sea rider yang dinakhodai oleh Pak Mantep (panggilanku coz bawaannya topcer! Ngebut seru!) bersandar di dermaga Pulau Samalona, Whoaaaa….. kelihatan udah cantiknya Samalona dihiasi teriknya mentari pagi.

Semburat warna laut Samalona yang bergradasi

Kakiku yang udah gatel ingin nyemplung, tak sabar ingin segera meloncat dari atas dermaga, tertahan. Tak bisa, coz Komandan Joni (Komandan KRI Surabaya 591) bilang, sore baru akan mulai snorkeling dan diving.

“Pagi ini kita survey lokasi aja, Jie. Biar ngga ngabisin air mandi di kapal. Hahahaha” guraunya.

Lesu, aku berlari mengejar rombongan lainnya. Berlari di pantai indah ini membuat energiku seakan tak ada habisnya. Apalagi yang kulakukan kalau bukan berfoto?

Ahahhaahah…. Aku suka samalonaaaaa….. Cekreeek! 🙂

Akhirnya pagi itu kami habiskan dengan duduk di pinggir pantai, menikmati udara Samalona yang bersih dan benderang oleh warna toscanya. Foto-foto, cerita rebut dan sedikit ngemil. Laper euyy di pantai…. Hehehhee

KIKA : Ari, Zela, Ejie, Komandan Joni, Una

***

Aku dan Zela berlari ke sisi lain pantai mencari angle foto dan melihat indahnya pantai gradasi ini. Ckckckk…. Decak kagum tak habis keluar dari mulutku, “Allah yang Maha Besar.”

Tak kurasakan panasnya matahari Samalona. Hanya keindahan yang kunikmati. Perjalanan Rp 0,- ini sungguh sangat aku syukuri.

Jauh kaki melangkah dari Jakarta melewati beberapa pulau melalui perjalanan laut hingga tiba di Makassar, Samalona, ini bukanlah sekadar perjalanan biasa menurutku. Ini adalah persembahan hati untuk semua kecintaanku terhadap laut. Terhadap segala keinginanku yang terdalam. Kurasa, hanya Allah yang akan mengerti seperti apa rasa hatiku pada laut, pantai, air, langit dan awan.

Dan panggilan pulang dari Pak Arys, sang kapten pun memutus lamunanku untuk segera merapat ke sea rider.

“Samalonaaaaa, tunggu aku di sore hari untuk mengeksploremu di bawah nanti yah??” dan aku tersenyum.

***

16.00 WITA, Cardeck Lambung Kiri KRI Surabaya 591

15 menit sepulangnya kami dari wisata kota dan makan Coto Makassar di Coto Nusantara dekat Pelabuhan Peti Kemas Makassar, kami berkumpul kembali di cardeck. Komandan Joni, Kapten Arys, dan Pak Mantep udah standby duluan disana menunggu teman-teman lain yang akan bergabung.

Setelah lengkap, turunlah kami ke sea rider melalui tangga tanpa pegangan.

“Jiaaahhh…. Ngulang turun kek tadi pagi kah kita?” teriakku seperti biasa.

“Iyalahh….. mau ikut ngga Ejie?” Kapten Arys ngeledek.

“Pastinyaaaaa…. Hahhhaa,” sahutku.

“Kalo gitu, sana turun!” serunya.

“Wokeh, dirandu…” cengiran usilku keluar sembari ngelirik Wulan yang ealaaahhh….. tetap bingung seperti turun pagi tadi. HIihiiiihihi…. Sabar yah Wulan…

***

  • Hantaman Sea Rider

Ngebut lagi?? Bukan Pak Mantep namanya kalo nda buat kita tertawa geli dengan teriak kenceng saat speed sea rider dinaikkan. Heeegghh… kalah kale permainan Dufan gara-gara lelumpatan yang dilakukan sea rider ini. Hentakan, cipratan air laut yang mengenai wajah, keras, akibat hempasan kencang dan benturan sea rider pada air laut, membuat kami berteriak-teriak senang.

Tapi lihatlah wajah-wajah ceria itu, bukannya takut, malah ketawa ngakak dan berteriak, “Lagiiii… lagiiii… kurang kencaaaaaangg… Mau tambah speed lagiiiiii…. Bhuakakakakaaa.”

Hwuadoohhhh!
Dan lihatlah apa yang terjadi pada Pak Syahril, sang pemateri BKKBN yang digandrungi karena paparan materinya yang humoris itu? Beliau tertawa lebar dan ikut teriak-teriak sambil sesekali tetap mengingatkan kami untuk salam genre ala BKKBN. Hihiihhi….

Sementara Pak Akom hanya senyum saja. Ehhh, sepertinya penggemar laut ini berteriak kegirangan dengan lompatan yang dibuat Pak Mantep. Hhh…. Tua muda, semua sama saja yak kalo udah urusan memacu adrenalin. Ga ada yang peduli, yang penting hepiiiii….. asiiiiikkkk…. 😀

***

  • Dermaga Samalona, Langit Sore

Waaahh… indahnya laut sore, tak kalah dibanding pagi tadi yah? Samalona tetap dengan anggunnya menampilkan kemolekan air laut dan pantainya. Tak bisa menyusuri pantai karena kita prepare peralatan diving dan snorkeling.

Tak hanya biru, tetapi juga hijau…. tosca. Pemandangan sama yg kudapatkan sejak pagi tadi hingga sekarang saatnya snorkling dan diving, Samalona tetap menyejukkan mata.

Little sunset at the sea..

Bagi aku penikmat langit, yang begitu cinta akan langit di kepulauan timur ini, sunset Samalona yang ada di dermaga pun tak kalah cantiknya. Sungguh suatu pemandangan yang tiada bandingnya. 🙂

Sementara yang lain sibuk mempersiapkan peralatannya, aku sibuk foto-foto kegiatan mereka. Sayang, kameraku kalah jika sinar matahari terlalu terik dan silau. Alhasil, gambar yang diambil pun gelap.

Dari dermaga, Komandan Joni mengusulkan untuk bergerak ke tengah mencari spot cantik untuk menyelam. Tak sampai 5 menit, kami menemukan spot dekat kapal nelayan yang sedang melaut mencari ikan, tak jauh dari pantai. Sea rider pun ditambatkan pada sebuah pondasi.

***

  • Snorkling Bebas

Hayuuu….  hayuuuu..

Aku yang sedari pagi tadi menahan diri untuk tak menceburkan diri, akhirnya bebas nyemplung setelah berlomba dengan Wulan untuk terjun. Horeeeeee……

Byuuuuuuurrr….
Kurasakan air Samalona yang hangat terkena matahari senja menyentuh kulitku. Ahh… tak sabar melihat keindahan bawah lautnya meskipun hanya bisa snorkeling dan sedikit menyelam hasil latihan 5 menitku pada Kapten Arys dan Una, teman Acehku.

Wadeuuuh!
Dari tempat sekoci disandarkan, sedikit sekali yang dapat kunikmati ikan dan karang-karangnya. Terlihat jarang dan agak gelap pemandangan bawah lautnya. Aku pun terus berenang menuju kapal nelayan yang besar itu.

Biota laut yang bisa dilihat dengan snorkling dan diving. Beberapa gambar diantaranya dilakukan dengan diving.
(Foto by Hikmah)

“Pak, numpang nangkring yah?” kataku pada seorang nelayan yang asik memperhatikan ikan yang akan dijalanya.

“Silahkan, mba,” ujarnya.

Sementara Pak Syahril kulihat udah main loncat-loncatan dari kapal nelayan dan tahu ngga apa yang selanjutnya dilakukannya? Berenang dari kapal nelayan dengan tangan keatas sembari memegang bungkusan hitam dan berteriak, “Ejieeee…. Makan ikan asin kita nanti di kapal yah? Pake sambel, enaak nih. Salam genre, Jieeee. Hahahaaaha.”

Aku dan Fahim yang sedang bertengger di kerangka kapal tersebut hanya nyengir melihat tingkah Pak Syahril. Halaaahh… halaaaahhhh…. 😀

Selepas penat, aku, Fahim, Wulan, Zela dan Kapten Arys menyusuri keindahan bawah laut hingga mendekati pantai. Disini terumbu karangnya mulai berwarna dan bervariasi. Ikan pun berwarna-warni dan jelas kelihatan. Mungkin karena kedangkalannya sehingga terumbu karang dan ikan-ikan cantik dan berwarna-warni bisa terlihat. Sedikit bulu babi terselip diantara beberapa terumbu karang disana. Ingatanku melayang jauh pada Krakatau. Bulu babi? Hmm… mengingatkanku pada jari kakinya. “Kalau saja…..” hatiku sedikit berharap.

***

Menjelang maghrib, Kak Muddan mengisyaratkan kami untuk kembali ke sekoci. Waaaa… aku yang mulai lelah (nda pake swimvest pula) pelan-pelan menghampiri kerangka kapal nelayan kembali. Arus sore mulai kencang. Jarak yang tadinya dekat dengan kapal nelayan terasa jauh bagiku. Ingat kaki yang kalau kelelahan bakalan kram, aku sedikit menyabarkan diri berenang mencapainya.

Wulan dan Zela yang sedari tadi bergantian mengenakan swimvest teriak, “Fahiiiimm…. Tolong jagain Ejie. Kenapa tuh disana? Diam aja dia…” Aku mendengar Wulan, dan diam.

Fahim menghampiriku dan bertanya, “Ejie kenapa?”

“Ngga apa kok. Tolong Ejie, Fahim. Pegangin ini snorkelnya. Ribet berenang. Putus talinya. Ejie jadi berat. Takut kaki Ejie nih,” jawabku.

“Ya udah, Yuk lanjut. Dikit lagi sampe kok. Pelan-pelan aja, Jie. Ditemanin,” Fahim mengambil goggle dariku.

Karena ngga pake snorkle, aku sedikit kesulitan melihat dan berenang mencapai sekoci. Kak Muddan yang melihat hal tersebut, berenang menghampiriku dan Fahim.

“Kenapa Ejie? Mana snorkle nya? Sini biar kakak yang pegang. Ejie pake kacamata renang kakak aja dan berenang pelan-pelan biar ngga capek. Arus udah deras ini. Pake fin kan?” tanyanya.

“Iya, pake kak,” Sadar kondisi, aku pun nurut.

Kuikuti Kak Muddan dan Fahim dari belakang. Perih dimata akibat terkena air laut tak kurasakan. Lelah karena jauhnya ternyata aku bermain, baru kusadari saat letih itu menghampiri. Tak berani aku berenang tergesa, mengingat kakiku. Untung aku menggunakan fin. Jadi tidak terlalu menguras tenaga kakiku bekerja lebih keras mendayung badan.

Sea rider!

Sampai juga, Alhamdulillah. Saat naik, tiba-tiba aku berteriak,”Auuuchhh…. Bentar. Kaki Ejieeee….. benerin bentar. Nanti Ejie naik sendiri deh. Hehehehe” cengiran jelek menurutku saat itu. Ihhhh….
Untung tak ada Lidah Lida Ufa , mata-mata NHR  Hitchhiker Indonesia , temenku yang tegas itu. Kalo ada dia, whuaaa…. Aku syeyeeemmm… ahhhaa…. Peace lidah..

Selesai benerin kaki, air mineral dan kabindo sudah disodorkan padaku oleh Una, “Minum dan makan Kabindo dulu, Jie, baru naik.”

“Makasih Una,” kunyaaaaaaahhhh……

***

  • Perjalanan Pulang ke KRI Surabaya 591
Perjalanan pulang yang ceria setelah snorkling dan diving di Samalona, Makassar.
(Album Ka Agus)

Sungguh, semua ini adalah karuniaMu padaku, Ya Allah…

Kunikmati dan kusyukuri setiap perjalanan Rp 0,- ini. Entah kapan aku bisa mengulangnya kembali. Penuh suka cita dan dengan orang-orang yang kusayang. Serame dan seceria saat ini.

“Allah… sempatkan aku menikmatinya bersama ceria dan semangat di kemudian hari. Juga bersama warna pilihanMU, amin yra,” pintaku dalam hati, penuh harap.

***

Thank’s to:

  1. Komandan Joni, KRI Surabaya 591 yang sudah mengajak snorkling-diving —–> Rp 0,-
  2. Perwira dan awak kapal yang ikut di nyemplung ceria hari itu
  3. Sea Rider KRI Surabaya 591, transportasi ke Samalona —–> Rp 0,-
  4. Semua tanpa terkecuali yang nyelem cantik di Samalona 🙂

***

(doc Erick Samuel)
(doc Erick Samuel)

8 tanggapan untuk “Bonus Rp 0,- Makassar: Samalona, The Tosca Beach”

    1. salam kenal Yura….

      makasih udah blogwalking kemari ya?

      kapalnya?
      ejie kesana itu hitchhiking, yura. ejie ngga tau berapa harga kapalnya. kan hitching… 😀

      tp nyebrang ngga lama kok kl pake speedboat. paling 15-20 menitan.

Tinggalkan Balasan ke agus Batalkan balasan