LAUTKU sayang

Pulau Sangiang: Hiu di Goa Kelelawar (1)

Liburan bersama teman-teman itu memang menyenangkan, ya? Terlebih jika mereka adalah orang yang baru dikenal. Banyak cerita yang di dapat. Demikian pun ketika Bagus dan Aji, duo TS yang kerap mengadakan trip laut ini mengajakku bergabung. Kami bertemu dengan banyak teman baru yang seru. Terus jalan-jalan ke sebuah gua disana, daaaaannn… Yuklah, monggo dibaca! 😘

***

(doc pribadi)
(doc pribadi)

Puas bermain air di hari sebelumnya, membuat kami memenuhi hari Minggu itu dengan mengexplore Pulau Sangiang. Salah satunya menjelajah ke Gua Kelelawar, spot pertama setelah di darat, dimana kami dipandu oleh pemilik penginapan, Pak Lukman.

Sebelum berangkat, kami mempersiapkan bekal seperti air minum dan camilan. Kami juga berfoto bersama sebelum trekking di hutan Pulau Sangiang. Karena keluarga laut ini -sebut saja begitu, red– ramai, sekitar 35 orang, jadilah kami berjalan beriringan, membentuk satu baris.

Semua bersemangat menyambut hari, melihat hal baru kembali. Tak terkecuali aku. Maklum, ini kali pertama aku trip ke Pulau Sangiang yang telah lama kudengar tentang pesona underwaternya. Dan explore wisata pulaunya? Belum terlalu tahu sih aku.

Ehh, baru ingat! Selama perjalanan ke Pulau Sangiang ini, dari awal, selalu saja clue yang diberikan Bagus dan Aji adalah, pertigaan.

Barisan kami yang berjajar panjang melewati pertigaan pertama, dimana Bagus berdiri sambil sibuk mengunyah kuaci. Ia memberi tanda agar kami meneruskan perjalanan ke arah kiri. Jalan yang kami lalui hanya bisa dilewati  satu baris saja karena berupa jalan setapak.

Rumput hijau dan kuning tumbuh sisi kanan-kiri jalan dengan pohon kelapa di sekitar. Barisan di depan berjalan cepat hingga aku nyaris tertinggal. Tapi itu sih kebiasaanku. Soalnya banyak pemandangan menarik yang terlihat oleh mataku. Heehehh… Tentu saja, aku memilih tertinggal dan sibuk memotret yang tampak olehku. Beberapa teman-teman juga masih ada yang di belakangku karena tadi mampir ke toilet sebelum jalan. Jadi aku aman, kan? 😉

(doc pribadi)
(doc pribadi)

Perjalananku melalui sebuah rumah sederhana berbahan bangunan kayu dan seng. Di depannya, kiri jalanku terdapat tumpukan susunan kayu bakar. Sebuah ayunan anak-anak pun ada di sebelahnya. Hanya menggunakan tali biasa saja, dudukan ayunannya pun dari karet ban yang dibentuk tempat duduk berbadan kecil. Hoohhoho… Aku jelas tak muat di ayunan itu.

Jalan sedikit mendaki lalu menurun. Ketika langkah kaki lambatku mendaki kembali, mataku menangkap lorong cozy di depan mataku. Daun dan rantingnya saling bertautan, melindungi lorong yang tertutup membentuk sebuah lorong adem berwarna hijau, kuning dan coklat. Aku mendekat dan langsung saja nggelesor (duduk santai, red) diantara daun coklat yang berguguran.

Celingak-celinguk, sepi! Huwaaahh…. Tiduran sebentar, boleh, kan? Hhh… Kepengin tidur disitu. Hawanya segar dan bikin aku menguap. Hoaaaammm…..

(doc pribadi)
(doc pribadi)

Kresek, kresek, kreseeekkkk….

Suara orang berbicara dan langkah kaki teman-temanku.

“Ejieeeeeeee….” Aku kenal deh suara miss toilet, Diyan.

“Iyaaaa… Disini, ngadem!” posisiku duduk dan sibuk foto sekitar. Biar mereka ngga ikut nyangkut duduk juga disana. Hahahhhaha

1, 2, 5, ehh… Masih banyak ya yang dibelakangku? Ada Jana, Kiky, Ari, Sean, Si Om, Ajie, Diyan dan Bagus. Tapi ya lumayanlah, jadi ada objek yang bisa kufoto deh. Gaya deh mereka. 😜

(doc pribadi)
(doc pribadi)

***

Kami melanjutkan perjalanan. Melewati beberapa tanah becek yang ditumbuhi tunas-tunas pohon kecil, melalui hutan padat pepohonan. Sedikit lembab, mungkin karena vegetasinya yang masih rapat. Menjumpai sebuah pohon besar di kiri jalan hingga akhirnya kami tiba di turunan menuju ke Gua Kelelawar.

Ada tumbuhan serupa kaktus raksasa seperti yang pernah kujumpai di Lorong Ajaib, Sepaka saat di Kampung Berua, Makassar. Tumbuhan ini berulir (juga seperti tanaman yang kujumpai di TNG Gede Pangrango, ketika bermain Canopy Trail. Unik!

(doc pribadi)
(doc pribadi)

Waaahh… Teman-teman sudah ramai di sekitar mulut Gua Kelelawar itu. Mulut gua? Yap, kami hanya bermain dan melihat dari depan mulut gua saja. Di sekitar mulut gua, area duduk lumayan luas. Gua tersebut berada diantara bukit yang ditumbuhi tanaman merambat yang berakar. Di sebelah kanan dari arah duduk, tampak akar besar memanjang dari atas bukit yang menjuntai hingga ke bibir gua.

Gua Kelelawar ini tidak bisa ditelusuri dalamnya, karena hanya berupa gua pendek dan gelap. Bisa dinikmati dari mulut gua, arah datang saja. Dipinggirnya banyak terdapat batu-batu yang biasanya ada di kali. Ombak di dalam gua menghempas kencang, menandakan debur ombak di lautan cukup bergelombang. Hempasan airnya membuat pekikan kecil dari teman-teman yang berfoto di dekat wilayah gua.

Aroma kelelawar terang saja langsung menyengat hidungku. Kotoran kelelawar pun terlihat di bebatuan kecil yang tersebar di pinggir gua. Bunyi khasnya terdengar dari posisi berdiriku, berpacu dengan ombak laut yang menerpa masuk ke Gua Kelelawar. Didalamnya, kelelawar beterbangan dalam gua gelap tersebut.

Menurut Pak Lukman, di gua yang berhubungan langsung dengan laut ini, terkadang ada hiu yang sering masuk ke dalam gua dan memperlihatkan dirinya disana. Mosok sih ada hiu di dalam gua? Pendengaranku, hiu itu totol-totol seperti kulit macan? Aihh, benarkah? Karena penasaran, kami menunggu ingin melihat hiu tersebut. Dan aku penasaran!

(doc pribadi)
(doc pribadi)

Sambil menunggu hiu, teman-teman asik mengabadikan fotonya disana. Mataku mengarah pada Ennie yang tengah memegang seekor kelelawar yang tergeletak di atas sebuah batu.

(doc pribadi)
(doc pribadi)

Iyuuuuhh.. Ngga geli apa ya? Kalau diteliti danihat lebih dekat, kelelawar ini, bagian kepalanya seperti tikus dengan sayap pipih di badannya. Jari-jari kecil dan berkuku panjangnya, menyatu di sayap tersebut. Kalau dilihat lagi, kenapa kelelawarnya kelihatan tua ya? Entah, ia bisa melihat atau tidak. Karena, sewaktu Ennie memeganya, ia tampak diam dan lemah. Pasrah? Tak tahu lah. Karena ia hanya mengeluarkan bunyi seperti tikus yang mencicit.

Geli sih… Hewan ini kecil sekali soalnya. Dan aku teringat salah satu makanan dari kelelawar atau kalong ini di Indonesia Timur. Mmmm….. Ngga deh, ngga akan coba-coba makan kalong setelah tahu bentuk aslinya. Hahhahhaha  😂

(doc pribadi)
(doc pribadi)
(doc pribadi)
(doc pribadi)

Well, well…

Hiu tak kunjung datang di kala kami asik bermain dan berfoto bersama. Karena masih ingin mengunjungi tempat lainnya di Pulau Sangiang ini, kami memutuskan beranjak dan kembali menyusuri hutan yang asik buat berjalan dan bercerita ceria diantara perjalanan selanjutnya yang sedikit membingungkan dan kehilangan Aji.

Haa? Aji hilang? Kenapa?

Ishhh… Sabar, nanti ya dilanjutkan ceritanya. Sudah malam, mau bobok cantik euy. Mata minus saya pegal nih.. See yaaaaa  😆😴💤(jie)

(doc pribadi)
(doc pribadi)

***

8 tanggapan untuk “Pulau Sangiang: Hiu di Goa Kelelawar (1)”

  1. Awesome bgt!!! Pengen bgt ke sana…aaaaaaakkk

    Punya kontak kapalnya gan? Mau juga ngeeksplore pulau saingang..tahun baru kemarin ane ke pulau tunda..kali aja kita bisa tuker informasi..abis agen travel majhal mahal bgt gan 😦 makasih

    1. heeheh…

      Salam kenal daniibibink26
      Kebetulan ejie ngga tanya2 nomor kontaknya, karena bertugas di bagian moto-moto nangkepin wajah orang dan alam disana juga selama perjalanan. Tapi nanti ejie coba tanyain deh sama teman ejie.

      Nanti bisa DM di @ejiebelula ya danii utk no telponnya.

      happy blogwalking, danii 😉

  2. Mau banget ke sana…akkkk kerek kak…

    Btw punya kontak kkapal/homestaynya kak?

    Tenang ane bukan agen travel..tahun baru kemarin ane abis ke pulau tunda 25 orang pake sistem sharecost di kaskus 3H2M cuma abis 395rb/org..kali aja kaka berminat juga mau ke sana jd kita bisa tukeran informasi..tau sendiri kan kak kalo ikut agen travel bisa 600rbuan/org haha makasih kak

Tinggalkan komentar