Hitchhiker Indonesia (HHI), Rp 0,-

Hitchhike Jakarta-Cirebon: Rekor Terlama Hitching [3]

(doc by Erick Samuel)
(doc by Erick Samuel)

 Hari yang dinanti tiba.
Saatnya berhitchhiking by my self.
Yihaaaaaa…. hayuklah
, sudah tak sabar lagi nih Ejie.
Tanah Jawa Tengah seperempat, aku dataaaaaanng…
*semangat baru! 😉
***

Before:
hitchhike-by-myself-to-jawa-tengah-prepare/
tentang-aku-yang-berhitchhiking-2/

  • The Day

Permulaan yang tak disangka. Memberikan banyak teman tanpa bete (bosan) di tempat menunggu.  Alarm telah kusiapkan. Berdering disaat yang pas, aku bergegas mandi dan segera saja rapi. Satu hal yang kerap aku lakukan saat hitchhiking sendirian adalah bersujud pada-NYA meminta perlindungan agar selamat, sehat dan dijaga selama dalam perjalanan.

Memang ini bukan perjalanan pertamaku sendirian berhitchhiking. Sebelumnya juga sudah pernah walau dalam jarak yang dekat. Nanti ya Ejie ceritakan di kesempatan lain. Fokus cerita Jawa Tengah nih Ejie 😀

Pukul 05.30WIB
Tiba di lokasi hitchhiking yang kuinginkan dari awal. Tol bayangan Jatibening!

Alasanku ketika itu adalah penasaran saat hitchhiking ke Indramayu, Pulau Biawak bersama teman-teman HHI. Disana banyak berseliweran kendaraan, tetapi karena mengejar waktu dan konsekuensi, kami “terpaksa” memilih naik bus yang dinego dengan murah.

Berbekal penasaran itu, aku akhirnya berdiri kembali di lokasi tersebut demi mendapatkan kendaraan berhitchhiking kali ini.

Oiya, aku yang biasanya hitching malam, kali ini melakukannya di saat menjelang terang itu juga ada alasannya. Kata temanku, Bayu, aku tidak boleh hitching malam. Ringkas dan masuk akal sih, karena aku perempuan. Untuk alasan keamanan tersebutlah, aku menuruti pesan Bayu.

***

Pukul 07.00 WIB
Seseorang menghampiri. Aku melihatnya dari tadi karena APV hitam itu berada tidak jauh dibelakangku.

Catatan 1: Awas dengan keadaan sekitar itu perlu, khususnya jika hitching sendirian, perempuan dan menuju daerah yang belum pernah dijamahi dengan hitching (bagi dirinya).

Ia menanyakan tujuanku dan menawarkan untuk ikut bersama dengan nominal yang harus aku berikan padanya. Aku menjelaskan terus terang mengapa aku berdiri di tol tersebut. Tujuan dan niat hitchhikingku. Ia menghargai alasanku. Orang tersebut mundur.

Pukul 07.30 WIB
Bus jurusan Solo (seingatku). Kondekturnya turun dan menanyakan tujuanku. Menjelaskan dan mengatakan bahwa aku akan ke Cirebon dan menumpang. Ia mengernyitkan keningnya.

“Ngga salah, mbak numpang? Bayar murah saja deh, nanti saya bilang supir.”

Aku hanya tersenyum.

Catatan 2: tidak harus kepada semua orang kita perlu menjelaskan alasan berhitchhiking. Bisa dilihat di awal, apakah mereka berniat ingin tahu atau sekadar bertanya dan meledek saja.

Pukul 08.00 WIB
Mobil Derek, 2 petugasnya berhenti tepat didepanku. Aku masih ingat perawakannya yang setengah baya dan tersenyum ramah padaku. Ia menanyakan kenapa aku berdiri di pinggir tol dengan membawa tulisan numpang. Kembali aku menjelaskan. Kali ini kedua bapak petugas tersebut lebih ramah daripada orang bermobil APV.

Mereka menawarkan tumpangan agar aku bisa mendapatkan kendaraan sambungan. Tetapi setelah berbincang 10 menit, ternyata kemungkinan untuk mendapatkan kendaraan dari tempat yang mereka lewati tidak bisa. Akhirnya mereka berlalu.

Pukul 08.20 WIB
Sebuah kendaraan patroli jalan raya Jasamarga, berhenti dan menyapaku. Seperti seharusnya, aku menjelaskan jika ditanya. Kembali bapak yang tengah bertugas itu menawarkan mengantarkanku ke tempat terdekat dimana aku bisa menyambung tujuanku. Sayang, ternyata sama juga. ia akan keluar pintu tol menuju Jatiwaringin. Aiihh… itu mah pulang ke rumah lagi deh aku. Hahaahhaa

“Terima kasih atas tawaran tumpangannya, pak,” ujarku.

“Ya sudah. Kamu hati-hati ya? Perempuan lho kamu itu. Jaga diri,” pesannya.

3 orang bapak-bapak menasehati agar berhati-hati. Baiklah… akan kuingat pesan mereka.

Pukul 09. 00 WIB
Alamaaaaakkk…. Lama kali sudah aku berdiri menunggu kendaraan yang pas untuk rute awalku ini. Ckkkkck…. Sepertinya, ini rekor terlamaku menunggu.

Mungkin keberuntungan belum memihakku. Aku harus berpikir untuk meneruskan perjalananku ini. Aku harus terus, karena aku sudah berjanji akan melakukannya. Buatku menaklukan penasaran jalan-jalanku, menumbuhkan keberanian, serta keinginan menulis untuk perjalananku ini lebih besar dari rasa takut akan kegagalan.

Pelajaran yang aku peroleh di rekor terlama menunggu ini yakni kesabaran tingkat tinggi itu diperlukan. Menginginkan dan memiliki sesuatu itu, takkan mungkin diperoleh dengan instan, tapi berusaha dalam meraihnya dengan proses yang memang tidak gampang dengan akhir yang baik adalah kepuasan.

Aku tidak sendiri di tol bayangan Jatibening itu. Ada banyak pekerja perbaikan jalan tol selain orang yang menunggu kendaraan jemputan, maupun yang akan bekerja naik kendaraan umum yang banyak disana.

Ingatanku terhadap pekerja perbaikan jalan tol itu, dari yang  hanya melihat mereka bekerja, akhirnya kami bercerita tentang apapun. Hmmm…. Allah itu memberikan kebaikan disisi kebosanan yang kadang kita dapatkan. Nikmati waktu saja dengan bercerita tentang hidup pada para pekerja jalan tol itu. Terima kasih bapak, kakak dan adik pekerja yang bersedia menemaniku mengobrol ketika itu… 😀

Pukul 10.38 WIB
Kembali mobil Derek yang sama dengan pagi tadi berhenti dan memanggilku.

“Neng, belum dapat juga?” tanya bapak yang menyetir kendaraan.

“Belum, pak. Belum rezeki nih,” jawabku.

10 menit tak lebih, kembali kami mengobrol. Memang tidak bisa lama, karena mereka harus bertugas mengecek jalan tol yang merupakan rute mereka. Per 2 jam sekali, mereka akan melalui jalan dimana aku berada.

“Nak Ejie, bapak kerja lagi ya? Semoga sebelum bapak kembali kemari, kamu sudah dapat kendaraan tujuanmu itu,” katanya disertai do’a.

“Iya, pak. Terima kasih. Bapak yang sehat ya, biar kita bisa ketemu lagi di lain kesempatan, pak,” sambutku seraya mereka berlalu.

Teman itu bisa didapatkan dimanapun dengan cara berbeda. Tak hanya seusia, tapi dengan beda usia pun bisa, tinggal bagaimana kita bertutur saja.

Catatan 3: Berkatalah yang sopan dan tersenyumlah pada lawan bicaramu.

Pukul 11.00 WIB
Perut yang keroncongan dan air minum yang tinggal setengah botol. Dalam hati aku berharap, semoga aku mendapat kendaraan sebelum air minumku habis. Kulalap bubur kacang hijau yang kumasak tadi malam dan kubawa sebagai bekal sarapan kesianganku ini. 2 potong crakers habis juga. Alhamdulillah kenyang.

Okeeee… lanjut pasang jempol dan pampang tulisan “NUMPANG”. Sepertinya aku sudah tak peduli lagi dengan keadaanku dibawah terik matahari yang membakar kulitku. Hanya tak tahan akan debu yang semakin bertambah parah menjelang siang ini.

***

Finnally... my first bus, FREE to Cirebon with my thumb ;) (doc pribadi)
Finnally… my first bus, FREE to Cirebon with my thumb 😉
(doc pribadi)
  • Titik Terang

Pukul 11.48 WIB

Antrian panjang kendaraan mulai memacetkan jalan. Aku melirik ke belakang melihat kemungkinan-kemungkinan aku memperoleh kendaraan. Ini sudah terlalu lama. Semangatku muncul seketika. Berdiri dan duduk sudah kulakukan entah berapa kali.

Truk yang mungkin baru keluar kapal dari arah atau dari luar kota lainnya, bus yang semakin padat dan kendaraan pribadi yang juga turut memenuhi jalan tol itu.

Mataku semakin menyipit, mengincar kendaraan yang lalu lalang dihadapanku.

Saat mataku tertuju pada sebuah plat mobil di tengah kemacetan, sebuah bus PO. Bhineka tujuan Cirebon berhenti, kondekturnya memanggilku, “Mbak, ke Cirebon ya?” kurasa ia melihat tulisan “NUMPANG”-ku.

“Ayo naik, mbak…” ajaknya.

Masih santai, “Saya numpang, pak.”

Terlihat ia berbicara pada supir bus lalu, “Ayo mbak, naik saja. Ini tujuan ke Cirebon kok, mbak.”

“Tapi saya numpang, pak,” keukeuh tanpa ngotot.

“Iya, ngga apa. Naik saja. Boleh kok numpang,” tegas si kondektur.

“Benar, pak? Saya boleh menumpang?” masih cengok.

“Iya, mbak. Buruan sudah mau jalan nih. Saya bantuin,” ia membantuku mengangkat daypack hijauku yang berbalut rain cover hitam.

Alhamdulillah, setelah lama berdiri dan duduk, bercerita dan beroleh teman, aku akhirnya mendapatkan kendaraan yang membawaku ke tujuan pertamaku, Cirebon!

Horeeeee….. hilang penatku berganti dengan semangat baru dengan duduk yang lega. Ahhhh…

Menyelonjorkan kaki dan, “Alhamdulillah…. Terima kasih Allah.”

***

  •  At The Bus
Nebeng of HHI  (doc pribadi)
Nebeng of HHI
(doc pribadi)

Pukul 12.15 WIB
5 menit kemudian, seorang bapak menghampiriku dan berbicara padaku. Aku yang semula duduk di bangku belakang, akhirnya diperbolehkan duduk di dekat pintu keluar depan, sebelah kiri.

Pak supir yang semula kukira bapak-bapak, ternyata masih  berusia 30-an. Demikian pula dengan kondekturnya. Hanya bapak yang bertugas menagih bayaran bus saja yang usianya 40-an.

Kami berbincang banyak tentang mengapa aku menumpang, sudah berapa lama aku berdiri mencari kendaraan dan lain-lain.

Seperti biasa, aku menceritakan mengenai komunitasku. Mereka banyak bertanya dan aku menjelaskan semampu mereka menangkap maksudku. Tidak kaku karena mereka bersahabat.

Pengendara bus berperawakan tinggi dengan kacamata yang mencantol di telinganya itu menanggapi pertanyaanku mengapa ia bersedia mengangkutku secara gratis di tol tadi.

“Lumayan sering kalau orang menumpang, mba. Tapi orang menumpang dengan tulisan yang mba bawa itu sangat jarang saya temui. Hampir ngga pernah ada. Biasanya ya main loncat saja naik bus. Ngga ada yang seperti mba nunggu di pinggir jalan bawa tulisan pula. Dan saya tertarik dengan warna tulisan itu. Kalau boleh, saya mau minta tulisan itu, mba,” katanya.

Aku tertawa menanggapinya. Bukannya ngga mau kasih, tapi ini kan baru permulaan perjalananku. Dan aku tak mempersiapkan peralatan tulis juga tetek bengek lainnya karena semua tujuan telah aku persiapkan dengan baik. Hal ini aku berlakukan untuk meminimalisir bawaan agar hanya barang yang kuperlukan saja yang ada dalam daypack.

Catatan 4: Minimalisir bawaan jika ingin bepergian jauh dan lama. Kondisikan sesuai ransel yang ada.

Bus ini beroperasi dengan 2 kali rit, pagi dan siang. Jurusan Cirebon-Jakarta dan Jakarta-Cirebon dengan lama perjalanan kurang lebih 4 jam.

Lumayan padat jalur menuju Cirebon siang itu. Bus berkelit diantaranya. Agak dag-dig-dug juga meski sang supir lincah membawa bus, tetap saja aku ikutan me-rem dengan kakiku.
*otomatis itu, spontan! Waakakaaka

***

  • Nasihat Pertama

Untukku yang berhitchhiking sendirian (berlaku buatku), konsekuensi yang diterima yaitu nasihat yang dimulai bukan saja dari kendaraan-kendaraan yang sebelumnya menawarkan untuk mengantarkanku, tetapi di bus ini pun, aku menerima nasihat pertama dari supir.

“Mba, aku saran ya? Ini memang siang hari, tapi tetap waspada ya mba dengan siapapun yang bermaksud menawarkan kebaikannya pada mba. Tidak semua orang itu seperti anggapan mba. Mungkin hanya kulit luarnya saja yang baik. Kedalaman hati orang tidak bisa diketahui, mba. Jadi tetaplah berhati-hati selama perjalanan mba ke kota tujuan selanjutnya,”nasihatnya.

“Terima kasih, pak,”sahutku.

***

Pos Polisi Loh Bener, Indramayu (doc pribadi)
Pos Polisi Loh Bener, Indramayu
(doc pribadi)
  • Terlelap

Syukur karena hitching ini kulakukan siang hari. Mungkin juga karena bangun pukul 3 dinihari, berdiri di terik matahari dan mencari kendaraan untuk hitchhiking, pun setelah berbincang cukup lama, 1,5 jam, aku tak tahu kalau aku tertidur.

Aku terbangun, terkejut tepatnya. Ingat bahwa aku hitchhiking sendirian, aku mengerjapkan kedua mataku. Untung bukan malam hari, jadi aman.

Catatan 5: Dilarang TIDUR saat hitchhiking sendirian, apalagi jika malam hari, terutama bagi kaum hawa. Menjaga keamanan dan selalu waspada itu baik.

Mengabadikan beberapa tempat yang sebelumnya pernah kulalui bersama teman-teman saat hitchhiking maupun Backpacking Race, mengingatkan perjalanan terdahulu. Tak ada yang kulakukan setelahnya selain mencatat setiap detil perjalanan tersebut. Melewati beberapa daerah yang juga kukenal.

Hei, Pos Polisi Loh Bener, Indramayu! Itu adalah touchdown timku ketika kami berhitchhiking bersama. Kupotret dan kukirimkan pada 1 temanku. Iya, laporan yang kerap ada di komunitasku tetap kujalankan. Hal ini guna menjaga bahwa tetap ada teman yang mengontrol keberadaanku selain memberi kabar pada keluarga di rumah.

Catatan 6: Selalu menginfokan posisi dan lokasi pada seorang teman untuk tetap memantau keadaan dan keberadaan kita dimanapun.

Melewati daerah lainnya dan kuarahkan kameraku untuk pendukung catatan jurnalku. Mataku menjadi lebih nyala tatkala mulai memasuki daerah Cirebon.  Beberapa tanda dan daerah yang kuperhatikan dulu, kelihatan olehku. Iya, ini jalan yang benar (ya jelas donk, kan bus jurusan Cirebon 😀 ).

Jam tanganku menunjukkan pukul 16.20 WIB. Bus mulai memasuki daerah terminal Harjamukti. Kupersiapkan barang bawaanku agar tak tertinggal.

***

  • Touchdown Terminal Harjamukti

Yeay, first touchdown! Finally, I did hitchhiking by my self to Cirebon.

Akhirnya berhasil menginjakkan kakiku di terminal Harjamukti. Memang bukan perjalanan pertamaku untuk berada di Cirebon ini, dapat sampai dengan hitchhiking SENDIRI, merupakan kali pertama keberadaanku disini.

Sujud syukur kepadaNYA yang telah menjagaku.

Mencari tempat makan, toilet dan membeli asupan makan malamku. Roti, aku butuh roti dan susu. Hmmm…. Kuingat mini market yang ada di depan terminal dan melangkahkan kakiku kesana.

My green daypack, i'm here! (doc pribadi)
My green daypack, i’m here!
(doc pribadi)

***

  • Kata Hatiku

Sebenarnya aku menganggap perjalanan ini layaknya perjalanan biasa pada umumnya namun dengan cara yang berbeda.

Menikmati setiap detil proses yang terjadi didalamnya. Mulai dari berangkat, lama di tol bayangan Jatibening, berkenalan dengan orang-orang baru yang tak sedikit merasa heran terhadap apa yang aku kerjakan, justru lebih kaget dan mengajukan pertanyaan yang nantinya akan aku temukan di semua perjalananku berikutnya dan berkata, “Kok bisa ya? Kenapa sendiri, mba? Mahasiswa? Ngerjain tugas ya? Mau kemping? Kehabisan ongkos?Kenapa ngga naik bus, travel, pesawat?” Dan pertanyaan lainnya yang aku hafal pada akhirnya. (jie)

***

(doc Erick Samuel)
(doc Erick Samuel)

29 tanggapan untuk “Hitchhike Jakarta-Cirebon: Rekor Terlama Hitching [3]”

    1. ayook laa ramdaaannn..
      kemana kita? ajakin ejie pas wiken yuk.
      ejie sempet liat curug apa tu ya di tv yg ada trekkingnya.
      tempat dekat, mgnkn kita bisa utk waktu sedikit, dan…

      yuuuukkkk 😀

    1. halo abraham..
      salam kenal.. 😀

      untuk sementara, iya.
      do’a kan untuk kemungkinan buat cabang lainnya ya..
      nanti ejie bilang sama foundernya.

      thank’s ya abraham udah mampir dan baca tulisan ejie 🙂

      1. Kemana aja boleh, yg ga lama-lama aja hayuk 😀
        Siapa tau bisa buat bekel nanti kalo jadi ke NTT hehehe

      2. Waahh… Kebetulan.
        Kl ramzi mau kopdar, besok hitchhiker indonesia akan ada event buat adik2 kunjungan ke museum basoeki abdullah.

        CHECK THIS ONE 😍
        Buat teman2 yg mau ikut ke museum temanin adik2 dr Gubug IPPA Rawamalang dan Bimbel Koran hari minggu, atau sekadar nyumbang buat keperluan adik2, monggo dibaca….

        How to Join …

        Bagi teman2 yang mau ikut serta datang sebagai relawan pendamping dapat mendaftarkan diri dan konfirmasi ke:

        Wawan ( 0813 1090 9484 , WA – SMS )

        Bagi relawan / kakak pendamping:
        1. Patungan Rp 50.000,- yah 😉
        2. Sertakan bukti transfer ke email wirawanpras@gmail.com

        Bagi teman-teman yang mau beli kaos HHI juga bisa, masih pakai harga lama cuman Rp. 75.000,- ( khusus untuk event ini dan minimal12 kaos baru cetak yah ). Provit kaos juga akan dimasukin ke acara ini.

        Kirimkan donasi anda ke:
        BCA 625 021 8867
        an. Titin Edriati

        Format SMS Konfirmasi :
        * PENDAMPING_Nama_jam transfer_ Rp 50.000,-
        * DONATUR_Nama_jam transfer_jumlah donasi
        * KaosHHI_Nama_ukuran baju_jam transfer_Rp 75.000,-

        https://www.facebook.com/events/695399107236060/

        Salam Jempol,

        +hitchhiker Indonesia​

Tinggalkan Balasan ke ejiebelula Batalkan balasan